1.PENALARAN
A. PENGERTIAN PENALARAN
Penalaran adalah suatu proses berfikir manusia untuk
menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu
kesimpulan yang logis berdasarkan atas evidensi yang relevan. Dengan demikian,
penalaran adalah proses penafsiran fakta sebagai dasar untuk menarik
kesimpulan. Data atau fakta yang dinalarkan itu boleh benar dan boleh tidak.
Data yang dapat dipergunakan dalam penalaran untuk mencapai satu kesimpulan
harus dalam bentuk kalimat pernyataan.
B.PROPOSISI
Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang
terdapat di antara subjek dan predikat. Dengan kata lain, proposisi adalah
pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau term-term yang
membentuk kalimat. Kaliimat Tanya,kalimat perintah, kalimat harapan , dan
kalimat inversi tidak dapa disebut proposisi . Hanya kalimat berita yang netral
yang dapat disebut proposisi. Tetapi kalimat-kalimat itu dapat dijadikan
proposisi apabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang netral.
Jenis-Jenis Proposisi
Proposisi dapat dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan :
1. Berdasarkan bentuk
2. Berdasarkan sifat
3. Berdasarkan kualitas
4. Berdasarkan kuantitas
Berdasarkan bentuk, proposisi dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Tunggal adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat atau hanya mengandung satu pernyataan.
Contoh :
• Semua petani harus bekerja keras.
b) Majemuk atau jamak adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan lebih dari satu predikat.
Contoh :
• Semua petani harus bekerja keras dan hemat.
Berdasarkan sifat, proporsis dapat dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu:
a) Kategorial adalah proposisi yang hubungan antara subjek dan predikatnya tidak membutuhkan / memerlukan syarat apapun.
Contoh:
• Semua kursi di ruangan ini pasti berwarna coklat.
b) Kondisional adalah proposisi yang membutuhkan syarat tertentu di dalam hubungan subjek dan predikatnya. Proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu: proposisi kondisional hipotesis dan disjungtif.
Contoh proposisi kondisional:
• jika hari mendung maka akan turun hujan
Contoh proposisi kondisional hipotesis:
• Jika harga BBM turun maka rakyat akan bergembira.
Contoh proposisi kondisional disjungtif:
• Christiano ronaldo pemain bola atau bintang iklan.
Berdasarkan kualitas, proposisi juga dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a) Positif(afirmatif) adalah proposisi yang membenarkan adanya persesuaian hubungan antar subjek dan predikat.
Contoh:
• Semua dokter adalah orang pintar.
b) Negatif adalah proposisi yang menyatakan bahawa antara subjek dan predikat tidak mempunyai hubungan.
Contoh:
• Semua harimau bukanlah singa.
Berdasarkan kuantitas., proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
a) Umum adalah predikat proposisi membenarkan atau mengingkari seluruh subjek.
Contoh:
• Semua gajah bukanlah kera.
b) Khusus adalah predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian subjeknya.
Contoh:
• Sebagian mahasiswa gemar olahraga.
Jenis-Jenis Proposisi
Proposisi dapat dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan :
1. Berdasarkan bentuk
2. Berdasarkan sifat
3. Berdasarkan kualitas
4. Berdasarkan kuantitas
Berdasarkan bentuk, proposisi dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Tunggal adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat atau hanya mengandung satu pernyataan.
Contoh :
• Semua petani harus bekerja keras.
b) Majemuk atau jamak adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan lebih dari satu predikat.
Contoh :
• Semua petani harus bekerja keras dan hemat.
Berdasarkan sifat, proporsis dapat dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu:
a) Kategorial adalah proposisi yang hubungan antara subjek dan predikatnya tidak membutuhkan / memerlukan syarat apapun.
Contoh:
• Semua kursi di ruangan ini pasti berwarna coklat.
b) Kondisional adalah proposisi yang membutuhkan syarat tertentu di dalam hubungan subjek dan predikatnya. Proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu: proposisi kondisional hipotesis dan disjungtif.
Contoh proposisi kondisional:
• jika hari mendung maka akan turun hujan
Contoh proposisi kondisional hipotesis:
• Jika harga BBM turun maka rakyat akan bergembira.
Contoh proposisi kondisional disjungtif:
• Christiano ronaldo pemain bola atau bintang iklan.
Berdasarkan kualitas, proposisi juga dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a) Positif(afirmatif) adalah proposisi yang membenarkan adanya persesuaian hubungan antar subjek dan predikat.
Contoh:
• Semua dokter adalah orang pintar.
b) Negatif adalah proposisi yang menyatakan bahawa antara subjek dan predikat tidak mempunyai hubungan.
Contoh:
• Semua harimau bukanlah singa.
Berdasarkan kuantitas., proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
a) Umum adalah predikat proposisi membenarkan atau mengingkari seluruh subjek.
Contoh:
• Semua gajah bukanlah kera.
b) Khusus adalah predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian subjeknya.
Contoh:
• Sebagian mahasiswa gemar olahraga.
C.
INFERSI DAN IMPLIKASI
1.
Pengertian inferensi
Inferensi adalah tindakan atau proses yang
berasal kesimpulan logis dari premis-premis yang diketahui atau dianggap benar.
Kesimpulan yang ditarik juga disebut sebagai idiomatik. Hukum valid inference
dipelajari dalam bidang logika.
Inferensi manusia (yaitu bagaimana manusia menarik kesimpulan) secara tradisional dipelajari dalam bidang psikologi kognitif, kecerdasan buatan para peneliti mengembangkan sistem inferensi otomatis untuk meniru inferensi manusia.inferensi statistik memungkinkan untuk kesimpulan dari data kuantitatif.
Inferensi manusia (yaitu bagaimana manusia menarik kesimpulan) secara tradisional dipelajari dalam bidang psikologi kognitif, kecerdasan buatan para peneliti mengembangkan sistem inferensi otomatis untuk meniru inferensi manusia.inferensi statistik memungkinkan untuk kesimpulan dari data kuantitatif.
Contoh inferensi :
Inkoherensi
tidak ada definisi inferensi deduktif telah ditawarkan. definisi yang ditawarkan adalah untuk inferensi INDUKTIF.
Filsuf Yunani didefinisikan sejumlah silogisme ,bagian tiga kesimpulan yang benar,yang dapat digunakan sebagai blok bangunan untuk penalaran yang lebih kompleks. Kita mulai dengan yang paling terkenal dari mereka semua:
• Semua manusia fana
• Socrates adalah seorang pria
Oleh karena itu, Sokrates adalah fana.
Pembaca dapat memeriksa bahwa tempat dan kesimpulan yang benar, tetapi Logika berkaitan dengan inferensi: apakah kebenaran kesimpulan mengikuti dari yang tempat?
Validitas kesimpulan tergantung pada bentuk kesimpulan. Artinya, kata “berlaku” tidak mengacu pada kebenaran atau kesimpulan tempat, melainkan dengan bentuk kesimpulan. Inferensi dapat berlaku bahkan jika bagian yang palsu, dan dapat tidak valid bahkan jika bagian-bagian yang benar. Tapi bentuk yang valid dengan premis-premis yang benar akan selalu memiliki kesimpulan yang benar.
Sebagai contoh, perhatikan bentuk berikut symbological trek:
• Semua apel biru.
• Pisang adalah apel.
Oleh karena itu, pisang berwarna biru.
Inkoherensi
tidak ada definisi inferensi deduktif telah ditawarkan. definisi yang ditawarkan adalah untuk inferensi INDUKTIF.
Filsuf Yunani didefinisikan sejumlah silogisme ,bagian tiga kesimpulan yang benar,yang dapat digunakan sebagai blok bangunan untuk penalaran yang lebih kompleks. Kita mulai dengan yang paling terkenal dari mereka semua:
• Semua manusia fana
• Socrates adalah seorang pria
Oleh karena itu, Sokrates adalah fana.
Pembaca dapat memeriksa bahwa tempat dan kesimpulan yang benar, tetapi Logika berkaitan dengan inferensi: apakah kebenaran kesimpulan mengikuti dari yang tempat?
Validitas kesimpulan tergantung pada bentuk kesimpulan. Artinya, kata “berlaku” tidak mengacu pada kebenaran atau kesimpulan tempat, melainkan dengan bentuk kesimpulan. Inferensi dapat berlaku bahkan jika bagian yang palsu, dan dapat tidak valid bahkan jika bagian-bagian yang benar. Tapi bentuk yang valid dengan premis-premis yang benar akan selalu memiliki kesimpulan yang benar.
Sebagai contoh, perhatikan bentuk berikut symbological trek:
• Semua apel biru.
• Pisang adalah apel.
Oleh karena itu, pisang berwarna biru.
2.
Pengertian implikasi
Implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu
dianggap ada karena sudah dirangkum dalam fakta atau evidensi itu sendiri.
Banyak dari kesimpulan sebagai hasil dari proses berpikir yang logis harus
disusun dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang tercakup dalam
evidensi (=implikasi), dan kesimpulan yang masuk akal berdasarkan implikasi
(=inferensi).
Implikasi dapat merujuk kepada:
• Dalam manajemen:
o Implikasi procedural meliputi tata analisis, pilihan representasi, peracanaan kerja dan formuasi kebijakan
o implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan tindakan
• Dalam logika:
o Implikasi logis dalam logika matematika
o Kondisional material dalam falsafah logika
Jadi definis implikasi dalam bahasa indonesia adalah keterlibtan atau keadaan terlibat.
Contoh : implikasi manusi sebagai objek percobaan atau penelitian semakin terasa manfaat dan kepentinganya.
• Dalam manajemen:
o Implikasi procedural meliputi tata analisis, pilihan representasi, peracanaan kerja dan formuasi kebijakan
o implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan tindakan
• Dalam logika:
o Implikasi logis dalam logika matematika
o Kondisional material dalam falsafah logika
Jadi definis implikasi dalam bahasa indonesia adalah keterlibtan atau keadaan terlibat.
Contoh : implikasi manusi sebagai objek percobaan atau penelitian semakin terasa manfaat dan kepentinganya.
D. WUJUD EVIDENSI
Unsur
yang paling penting dalam suatu tulisan argumentative adalah evidensi.
Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian,
semua informasi, atau autoritas dan sebagainya yang di hubung-hubungkan untuk
membuktikan suatu kebenaran.
Fakta
dalam kedudukan sebagai efidensi tidak boleh dicampur adukkan dengan apa yang
dikenal sebagai pernyataan dan penegasan. Pernyataan tidak
mempunyai pengaruh apa-apa terhadap sebuah evidensi, ia hanya sekedar
menegaskan apakah fakta itu benar atau tidak. Dalam argumentasi, seorang
penulis boleh mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia
menganggap pendengar sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami sepenuhnya
kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan daripadanya.
Dalam
wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk data dan informasi. Yang
dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan
yang diperoleh dari suatu sumber tertentu. Biasanya semua bahan informasi
berupa statistik, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan, semuanya
dimasukkan ke dalam pengertian data daninformasi. Untuk itu penulis
atau pembicara harus mengadakan pengujian atas data dan informasi tersebut,
apakah semua bahan keterangan itu merupakan fakta.
E.CARA MENGUJI DATA
Data dan informasi yang digunakan dalam
penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian
melalui cara tertentu sehingga bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai
evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian
tersebut.
·
Observasi
Fakta-fakta yang telah diajukan sebagai
evidensi mungkin belum memuaskan seseorang pengarang atau penulis. Untuk lebih
meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat menggunakannya sebaik-baiknya
dalam usaha menyakinkan para pembaca, maka kadang-kadang pengarang merasa perlu
untuk mengadakan peninjauan atau observasi singkat untuk mengecek data atau
informasi itu dan sesungguhnya dalam beberapa banyak hal pernyataan-pernyataan
yang diberikan oleh seseorang, biasanya didasarkan pula atas observasi yang
telah diadakan.
·
Kesaksian
Keharusan menguji data dan informasi, tidak
selalu harus diakukan dengan observasi. Kadang-kadang sangat sulit untuk
mengharuskan seseorang mengadakan observasi atas obyek yang akan dibicarakan.
Kesulitan itu terjadi karena waktu, tempat, dan biaya yang harus di keluarkan.
Untuk mengatasi hal itu penulis atau pengarang dapat melakukan pengujian dan
meminta kesaksian atau keterangan dari orang lain, yang telah mengalami sendiri
atau menyelidiki sendiri persoalan itu. Demikian pula halnya dengan penulis dan
pengarang atau penulis, untuk memperkuat evidensinya mereka dapat mempergunakan
kesaksian orang lain yang telah mengalami peristiwa tersebut.
·
Autoritas
Cara ketiga yang dapat dipergunakan untuk
menguji fakta dalam usaha menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu
autoritas, yakni pendapat dari seorang ahli, atau mereka yang telah menyelidiki
fakta-fakta itu dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian, menilai semua
fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam
bidang itu.
F. CARA MENGUJI FAKTA
Untuk menetapkan apakah data atau informasi
yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian
tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakinan
bahwa semua bahan itu adalah fakta, setelah itu harus dilakukan penilaian kedua
yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar – benar
memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
Cara yang diambil
yaitu melalui :
·
Konsistensi
Dasar pertama yang harus dipakai untuk
menetapkan fakta mana yang akan dipakai sebagai evidensi
adalah konsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga
persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada
suatu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi yang lain.
·
Koherensi
Dasar kedua yang dapat dipakai untuk
mengadakan penilaian atau fakta mana yang dapat dipergunakan sebagai evidensi
adalah masalah koherensi.Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi
harus pula koherendengan pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan
pandangan atau sikap yang berlaku.
G.CARA MENGUJI
AUTORITAS
Penulis
yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau
pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data
eksperimental.
Melalui penilaian sebagai berikut :
- Tidak mengandung prasangka
- Pengalaman dan pendidikan autoritas
- Kemansyuran dan prestise
- Kohorensi dengan kemajuan
SUMBER:
2.BERPIKIR DEDUKTIF
Menurut Jujun Suriasumantri, Penalaran adalah suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sebagai suatu kegiatan berfikir penalaran memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri pertama adalah proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut pola tertentu atau dengan kata lain menurut logika tertentu. Ciri yang kedua adalah sifat analitik dari proses berpikirnya. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi.
• Corak berpikir deduktif: silogisme kategorial, silogisme hipotetis, silogisme alternative atau entimen.Dalam penalaran deduktif terdapat premis. Yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan.
• Penarikan kesimpulan secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
• Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis. Penarikan tidak langsung ditarik dari dua premis.
• Premis pertama adalah premis yang bersifat umum sedangkan premis kedua adalah yang bersifat khusus.
Contoh penalaran deduktif:
Semua manusia pasti mati (premis mayor).
Budi adalah manusia. (premis minor).
Budi pasti mati. (kesimpulan).
Jenis penalaran deduktif yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu :
1. Silogisme Kategorial.
2. Silogisme Hipotesis.
3. Silogisme Akternatif.
4. Entimen.
Macam-macam Silogisme :
1. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial disusun
berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang
mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis
yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
Contoh :
Premis Mayor : Tidak ada manusia
yang kekal
Premis Minor : Socrates adalah
manusia
Kesimpulan : Socrates tidak kekal
2. Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis
mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Konditional hipotesis yaitu :
bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen.
Bila minornya Menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
Premis Mayor : Jika tidak ada air,
manusia akan kehausan.
Premis Minor : Air tidak ada.
Kesimpulan : Manusia akan kehausan.
3. Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor
berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya
membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang
lain.
Contoh :
Premis Mayor : Nenek Sumi berada di
Bandung atau Bogor.
Premis Minor : Nenek Sumi berada di
Bandung.
Kesimpulan : Jadi, Nenek Sumi tidak
berada di Bogor.
4.
Entimen
Entimen adalah silogisme yang
diperpendek. Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
Contoh entimem:
Dia menerima hadiah pertama karena
dia telah menang dalam sayembara itu.
Anda telah memenangkan sayembara
ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
Sumber:
3. BERFIKIR INDUKTIF
PENALARAN INDUKTIF
Penalaran induktif
adalah proses penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang
berlaku umum berdasarkan fakta – fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut
Induksi. Penalaran induktif tekait dengan empirisme. Secara impirisme, ilmu memisahkan
antara semua pengetahuan yang sesuai fakta dan yang tidak. Sebelum teruji
secara empiris, semua penjelasan yang diajukan hanyalah bersifat sementara.
Penalaran induktif ini berpangkal pada empiris untuk menyusun suatu penjelasan
umum, teori atau kaedah yang berlaku umum.
Contoh : Sejak
suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu, Ny. Ahmad sering sakit. Setiap
bulan ia pergi ke dokter memeriksakan sakitnya. Harta peninggalan suaminya
semakin menipis untuk membeli obat dan biaya pemeriksaan, serta untuk biya
hidup sehari-hari bersama tiga orang anaknya yang masih sekolah. Anaknya yang
tertua dan adiknya masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta, sedangkan
yang nomor tiga masih duduk di bangku SMA. Sungguh (kata kunci) berat
beban hidupnya. (Ide pokok)
Beberapa bentuk
penalaran induktif adalah sebagai berikut.
1. Generalisasi
Generalisasi ialah
proses penalaranyang megandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat
tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Dari beberapa gejala
dan data, kita ragu-ragu mengatakan bahwa “Lulusan sekolah A pintar-pintar.”
Hal ini dapat kita simpulkan setelah beberapa data sebagai pernyataan
memberikan gambaran seperti itu.
Contoh:
Jika dipanaskan, besi
memuai.
Jika dipanaskan,
tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas
memuai.
Jadi, jika dipanaskan,
logam memuai.
benar atau tidak
benarnya dari generalisasi itu dapat dilihat dari hal-hal berikut.
1) Data
itu harus memadai jumlahnya. Semakin banyak data yang dipaparkan, semakin benar
simpulan yang diperoleh.
2) Data
itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama itu akan dihasilkan
simpulan yang benar.
3) Pengecualian
perlu diperhitungkan karena data-data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat
dijadikan data.
a. Macam
– macam generalisasi
·
1) Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi
dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penimpulan diselidiki. Generalisasi
macam ini memberikan kesimpilan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi
tetap saja yang belum diselidiki.
·
2) Generalisasi tidak sempurana
Adalah generalisasi
berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkakn kesimpulan yang berlaku bagi
fenomena sejenis yang belum diselidiki.
2.Hipotesa dan Teori
Hipotese (hypo“di bawah“,
tithenai“menempatkan“) adalah semacam teori atau kesimpulan yang diterima
sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai penentu dalam
peneliti fakta-fakta tertentu sebagai penuntun dalam meneliti fakta-fakta lain
secara lebih lanjut. Sebaliknya teori sebenarnya merupakan hipotese yang secara
relatif lebih kuat sifatnya bila dibandingkan dengan hipotese.
Contoh :
Tanzi & Davoodi (1998)
membuktikan bahwa dampak korupsi pada pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan
melalui empat hipotesis (semua dalam kondisi ceteris paribus) :
Hipotesis pertama: tingginya tingkat
korupsi memiliki hubungan dengan tingginya investasi publik. Politisi yang
korup akan meningkatkan anggaran untuk investasi publik. Sayangnya mereka
melakukan itu bukan untuk memenuhi kepentingan publik, melainkan demi mencari
kesempatan mengambil keuntungan dari proyek-proyek investasi tersebut. Oleh
karena itu, walau dapat meningkatkan investasi publik, korupsi akan menurunkan
produktivitas investasi publik tersebut. Dengan jalan ini korupsi dapat
menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Hipotesis kedua: tingginya tingkat
korupsi berhubungan dengan rendahnya penerimaan negara. Hal ini terjadi bila
korupsi berkontribusi pada penggelapan pajak, pembebasan pajak yang tidak
sesuai aturan yang berlaku, dan lemahnya administrasi pajak. Akibatnya adalah
penerimaan negara menjadi rendah dan pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
Hipotesis ketiga: tingginya tingkat
korupsi berhubungan dengan rendahnya pengeluaran pemerintah untuk operasional
dan maintenance. Seperti yang diuraikan pada hipotesis pertama, politisi yang
korup akan memperjuangkan proyek-proyek investasi publik yang baru. Namun,
karena yang diperjuangkan hanya proyek-proyek yang baru (demi mendapat
kesempatan mencari keuntungan demi kepentingan pribadi) maka proyek-proyek lama
yang sudah berjalan menjadi terbengkalai. Sebagai akibatnya pertumbuhan ekonomi
menjadi terhambat.
Hipotesis keempat: tingginya tingkat
korupsi berhubungan dengan kualitas investasi publik. Masih seperti yang
terdapat dalam hipotesis pertama, bahwa dengan adanya niat politisi untuk
korupsi maka investasi publik akan meningkat, namun perlu digarisbawahi bahwa
yang meningkat adalah kuantitasnya, bukan kualitas. Politisi yang korup hanya
peduli pada apa-apa yang mudah dilihat, bahwa telah berdiri proyek-proyek
publik yang baru, akan tetapi bukan pada kualitasnya. Sebagai contoh adalah
pada proyek pembangunan jalan yang dana pembangunannya telah dikorupsi.
Jalan-jalan tersebut akan dibangun secara tidak memenuhi persyaratan jalan yang
baik. Infrastruktur yang buruk akan menurunkan produktivitas yang berakibat
pada rendahnya pertumbuhan ekonomi.
3. Analogi
Analogi adalah cara
penarikan penalaran secara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang
sama.
Contoh:
Nina adalah lulusan
akademi A.
Nina dapat menjalankan
tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan
akademi A.
Oleh sebab itu, Ali
dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Tujuan penalaran
secara analogi adalah sebagai berikut.
1) Analogi
dilakukan untuk meramalkan sesuatu.
2) Analogi
diakukan untuk menyingkapkan kekeliruan.
3) Analogi
digunakan untuk menyusun klasifikasi.
4. Hubungan
Kausal
penalaran yang diperoleh dari
gejala-gejala yang saling berhubungan. Hubungan kausal (kausalitas) merupakan
perinsip sebab-akibat yang sudah pasti antara segala kejadian, serta bahwa
setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan
eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya,
merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan.
Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia
yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
Macam hubungan kausal :
1. Sebab- akibat.
Contoh: Penebangan liar dihutan
mengakibatkan tanah longsor.
2. Akibat – Sebab.
Contoh: Andri juara kelas disebabkan
dia rajin belajar dengan baik.
3. Akibat – Akibat.
Contoh:Toni melihat kecelakaan
dijalanraya, sehingga Toni beranggapan adanya korban kecelakaan.
5.
Induksi dalam Metode Eksposisi
Induksi dalam metode eksposisi
adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang isinya ditulis
dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya
penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Proses penalaran terbagi atas
dua kelas besar yaitu induksi dan deduksi. Masing-masing corak dapat dibagi
lagi menjadi sejumlah corak penalaran yang tercakup dalam kedua corak utama
itu. Dalam uraian mengenai eksposisi telah dikemukakan pula dalam sejumlah
metode. Untuk mengembangkan suatu karangan yang bersifat ekspositoris. Pada
hakikatnya, semua metode ini juga merupakan proses penalaran yang dapat
dimasukkan dalam salah satu corak penalaran utama.
Metode identifikasi pada
prinspinya baru merupakan perumusan-perumusan kategorial (proposisi kategorial)
mengenai fakta atau evidensi yang diketahui mengenai suatu obyek garapan. Telah
dikemukakan bahwa identifikasi adalah suatu strategi dasar bagi semua metode
eksposisi lainnya.
Metode perbandingan bisa
mencakup penalaran yang induktif maupun deduktif. Bila perbandingan itu
dilakukan untuk menurunkan suatu prinsip umum, maka corak penalarannya bersifat
induktif. Dalam hal ini, prinsip umum itu dapat berbentuk generalisasi,
hipotase, atau teori. Tetapi bila perbandingan itu bertolak dari suatu prinsip
umum untuk menunjukkan perbedaan antara dua obyek atau lebih terhadap prinsip
umum tadi, maka corak penalarannya bersifat deduktif.
Metode klasifikasi juga
mencakup kedua-duanya. Bila klasifikasi itu bertolak dari pengelompokkan
sejumlah hal ke dalam suatu kelas berdasarkan ciri-ciri yang sama, maka ia
merupakan induksi. Bila bertolak dari satu kelas umum utnuk membicarakan
ciri-ciri anggota kelas, maka ia menyangkut deduksi. Selanjutnya karena
definisi bertolak dari klasifikasi dengan sendirinya ia mencakup juga kedua
jenis penalaran itu.
Seperti sudah dikemukakan dalam
induksi, analisa kausal termasuk dalam penalaran induktif. Tetapi, analisa
bagian, analisa proses, dan analisa fungsional dapat bercorak induktif, dan
dapat juga bercorak deduktif. Analisa bagian, analisa proses dan analisa
fungsional akan bercorak induktif kalau uraiannya dimulai dari identifikasi
bagian-bagian dengan fungsinya masing-masing menuju kepada suatu kesimpulan
umum mengenai hakikat objek secara keseluruhan. Demikian pula dengan suatu
eksposisi yang dikembangkan dengan metode analisa proses. Sebaliknya bila
uraian itu dimulai dengan suatu pernyataan mengenai hakikat objek garapan itu
secara umum, kemudian penulis berusaha mengkonkritkannya dengan identifikasi
fungsi dari bagian-bagiannya dan proses yang terjadi berkat pelaksanaan fungsi
bagian-bagian itu, maka penalaran yang terdapat padanya adalah deduksi.
Pada tulisan ekspositoris fakta-fakta diajukan secukupnya untuk
mengadakan konkritisasi atas inti persoalan yang dikemukakan, sehingga para
pembaca mengetahui bukan hanya persoalannya tetapi juga beberapa landasan yang
menunjang inti persoalan. Sebaliknya pada argumentasi fakta-fakta dipergunakan
sebagai evidensi, yaitu sebagai alat pembuktian kebenaran dari persoalan yang
dikemukakan. Oleh sebab itu, cara penggunaan, penyajian, dan jumlah perincian
yang disajikan haruslah sedemikian rupa, sehingga para pembaca diyakinkan
mengenai kebenaran permasalahannya.
Langkah menyusun eksposisi:
·
Menentukan
topik/tema
·
Menetapkan
tujuan
·
Mengumpulkan
data dari berbagai sumber
·
Menyusun
kerangka karangan sesuai topik yang dipilih
·
Mengembangkan
kerangka menjadi eksposisi
Sumber: